Pages

Sabtu, 30 Juli 2011

Biarkan Sungai Itu Menjadi Saksi



Gadis kecil itu bernama Eno. Dia duduk tepi sungai dengan muka tertunduk. Dia sedang menangis. Air matanya mengalir sederas arus air di sungai itu. Eno adalah anak satu – satu nya dari pak muhsin dan bu muhsin. Pak muhsin adalah seorang kades yang sangat tekun, baik hati dan disegani warganya. tapi setelah kematian bu  Muhsin saat melahirkan eno, Pak Muhsin jadi suka mabuk – mabukkan dan selalu menyalahkan Eno atas kematian istri tercintanya.
Eno meratap sedih kepada Tuhan, dia berdoa sambil menatap bayangannya dalam air sungai yang jernih itu.
“ Tuhan, kenapa aku dilahirkan jika tak untuk hidup bahagia? Aku ingin kasih sayang seorang ibu, tapi kenapa kau merenggutnya bahkan sebelum aku merasakan gendongan dan hangat pelukannya. Ku juga ingin kasih sayang seorang ayah, tapi kenapa kau memberi seorang ayah pemabuk yang selalu menyalahkanku atas kematian ibu ? kirimi aku malaikatmu Tuhan, aku tak sanggup bila harus menahan semua perih ini sendiri. “


***
            Seperti sore sebelumya, Eno selalu pergi ke sungai untuk mencurahkan semua isi hatinya kepada Tuhan dan bayangannya dalam air sungai . kali ini kesedihan eno benar-benar pada puncaknya . bahkan, dia berencana untuk menceburkan diri ke sungai .
            Sesampainya di sungai Eno melihat gadis kecil seusianya sedang duduk sendiri di tepi sungai . Eno mengahampiri gadis itu . 
“hai!”, sapanya . gadis itu menoleh .
“hai juga!” , jawabnya .
            Betapa terkejutnya Eno ternyata gadis itu sangat mirip dengannya .
“kkee kenapa kau begitu mirip denganku??”, Tanya Eno
“entahlah “ , jawab gadis itu dingin .
Mereka terdiam beberapa saat , ada kecanggungan antara 2 gadis itu . hingga akhirnya gadis itu memulai pembicaraan .
“kenapa kau ada disini?”, Tanya gadis itu .
“sudah menjadi kebiasaanku tuk datang kesini setiap sore”, jawab eno.
Lalu eno menceritakan semua masalah hidupnya kepada gadis yang baru ditemuinya yang bahkan Eno belum mengetahui namanya .
“ehm , maafkan aku menangis di depanmu”, tutur Eno .
“taka pa , menangislah,” jawab gadis itu sedikit lembut .
“ngomong-ngomong namamu sapa?daritadi kita bicara tapi aku tak tau namamu .”
“aku Eni” jawabnya kembali dingin .
“aku eno , selain wajah kita nama kita juga mirip ya..!”
“ya” jawab Eni singkat
“Eni.. apa kau ada masalah juga , kenapa kau begitu dingin dan menjawab pertanyaanku dengan singkat saja?”Tanya Eno
“aku tak apa. Aku hanya sedang marah pada adikku karena dia tidak pernah mensyukuri hidupnya dan selalu berkeluh kesah , setiap hari kerjaannya hanya menangis sambil melihat

Bayangannya sendiri . dan dia juga tak penah menganggap ayah dan ibu ada . padahal kita kan selalu ada dihatinya, selalu mengawasinya, tapi dia tak mau mengetahui itu.”
“waah jahat sekali adikmu itu” sahut eno .
“memang” jawab Eni sambil mulai beranjak pergi meninggalkan Eno .
“memangnya siapa adikmu itu?”, teriak Eno
“ka a u”, jawab eni singkat .

***
Eno sangat terkejut dengan kejadian yang telah ia alami di sungai . Bagaimanapun juga dia penasaran dengan Eni yang mengaku kakaknya itu . Dia memberanikan diri untuk bicara pada ayahnya tentang semua itu .
“hmmm..ayah , bolehkah Eno bicara sebentar?”, Tanya eno dengan sangat hati-hati.
“hmmm.. mengganggu saja?”, jawab ayahnya galak .
“maaf  ayah. Tapi tadi waktu di sungai Eno bertemu anak yang sangat mirip dengan Eno.”
“apa maksudmu?”
“anak itu bernama Eni, dan dia mengaku, kakak Eno, Ayah. Apa benar Eno punya Kakak, Yah?”
Ayah Eno diam saja mendengar kata-kata Eno, dia terlalu kaget untuk berkata-kata.
“Ayah, jawab Eno! Jangan diam saja, Ayah. Jawab !” ratap Eno sambil menangis.
Ayah Eno mulai meniikkan air mata dan ia mulai memeluk Eno. Eno sangat terkejut dan sekaligus bahagia dipeluk ayahnya seperti itu karena selama hidup Eno baru kali ini Ayahnya.
“sayang, maafkan Ayah selama tak pernah memerhatikanmu. Tapi, apa yang kau ceritakan tadi sungguh sangatlah tidak mungkin. Mungkin kau bermimpi. Memang benar kau punya kakak kembar bernama Eni, tapi dia sudah lama meninggal sayang. Dia meninggal sehari setelah kepergian Ibumu, waktu Kak Eni masih bayi.”
Anak dan Ayah itu berpelukan erat sekali dalam isak tangis mereka.

***
Keesokan harinya, mereka ke makam Eni dan Ibunya. Sang Ayah sekarang sudah sadar bahwa kepergian mereka bukanlah salah Eno, bahkan seharusnya dia bersyukur masih memiliki Eno. Eno sendiri sangat bahagia dengan perubahan Ayahnya itu.
“syukurlah nak, Allah masih membuka hati kita dengan mimpimu itu.” ucap sang Ayah.
“mimpi? Mimpi yang mana Ayah?” Tanya Eno kebingungan.
“mimpi yang kau bertemu Eni anakku.” Jawab Ayahnya.
“tapi Ayah ….”
Eno berlari menuju sungai, ia tidak meneruskan perkataannya itu karena ia tahu itu hanya percuma, ayahnya takkan percaya bahwa dia benar-benar bertemu Eni.
Eno sampai di sungai dengan nafas terengah-engah, tapi diatersenyum dan bekata
“kak Eni, ibu, aku tahu kalian melihat dan mendengarku sekarang. Mungkin kalian tak bisa muncul lagi, tapi satu ertemuan kemarin sudah cukup buat Eno. Ya, seandainya saja kalian juga bisa muncul di depan ayah karena ayah tak percaya kalau Eno bertemu kak Eni kemarin. Tapi biarlah sungai ini menjadi saksi pertemuan kita yang mengubah segalanya. Terima kasih.” Dia menatap bayangannya di sungai. Dia mencoba mengira apakah bayangan itu dirinya atau kakanya. Dia tersenyum , kemudian dia bergegas kembali ke ayahnya. Tanpa menyadari kehadiran sosok yang mirip dirinya di seberang sungai sedang melihat kepergiannya.

0 komentar:

Posting Komentar