Pages

Rabu, 28 Mei 2014

Arjuna itu ternyata penyandang difabel

Kisah tentang Arjuna ini aku saksikan ketika aku masih duduk di bangku SMP. Masa SMP adalah masa dimana aku dan teman-temanku sedang dalam fase pubertas. Fase pubertas yaitu fase peralihan dimana aku berproses untuk menjadi dewasa. Masalah cinta bukan lagi hal tabu bagi kami. Kami juga tak meminta perasaan itu untuk datang, tapi ia masuk dengan sendirinya dan meresap di sukma. Hal ini juga hinggap merayap dihati temanku, Arjuna. Arjuna adalah temanku sejak di Sekolah Dasar, jadi aku cukup mengenal siapa dia. Arjuna divonis menderita keterbelakangan mental sejak ia kecil. Sel-sel di otaknya tidak berkembang dengan sempurna sehingga perkembangan mentalnya sedikit terhambat. Meski bukan anak-anak lagi, tapi ia kasih bertingkah laku seperti layaknya anak-anak. Meskipun Arjuna menderita gangguan mental, tapi ia sangat cerdas. Buktinya ia sering dikirim untuk mengikuti olimpiade mewakili sekolahku. Meski perkembangannya sedikit terhambat, tapi masalah cinta tak pernah datang terlambat. Arjuna kini tengah merasakan jatuh cinta. Hatinya tertaut pada gadis berkerudung di kelas sebelah. Awalnya ia hanya menceritakan perasaannya itu kepada teman-teman dekatnya saja. Hingga akhirnya pada suatu hari ia mengumpulkan semua keberaniannya untuk menyatakan perasaannya. Teman-teman sangat mendukung niatnya itu. Mereka juga memberikan masukan-masukan yang idenya mereka dapatkan dari sinetron-sinetron yang pernah mereka tonton. Saat yang dinantikan akhirnya tiba. Siang itu setelah bel tanda istirahat berbunyi, Arjuna langsung menuju ke kelas sebelah sembari membawa seikat bunga. Saat itu hanya 4 kata yang diucapkannya, "Gadis, aku suka kamu". Keempat kata itu ia ucapkan dengan lantang dihadapan banyak orang. Sorak sorai seketika bergemuruh. Tapi si gadis itu justru tertunduk dan menangis, entah karena dia malu, atau karena ada alasan lain. Yang jelas gadis itu telah menolak cinta Arjuna.
Meski tidak berakhir bahagia tapi kisah tentang keberanian Arjuna sangat menginspirasiku. Cintanya yang sangat polos tapi murni, kekanak-kanakkan tapi berani, bodoh tapi istimewa. Cinta memang pada hakikatnya untuk diungkapkan, ditunjukkan, dibagikan dan dibuktikan. Jika kita mencintai sesorang tapi hanya memendamnya di dalam hati untuk diri kita sendiri, maka itu pasti bukan cinta. Satu-satunya alasan mengapa seseorang enggan mengungkapkan perasaan cintanya adalah karena orang itu terlalu mencintai dirinya sendiri. Tak selamanya diam itu emas. Diam terkadang juga bisa membuat kesempatan kita menghilang. Diam juga seringkali menjadi pangkal dari suatu perselisihan. Yang pasti, sesorang akan merasa kecewa dan patah hati apabila sesorang yang mencintainya enggan mengatakan perasaan itu kepadanya. Jika Arjuna yang menderita keterbelakangan mental saja berani dan mampu menunjukkan perasaan cintanya, lalu mengapa kita yang tidak kurang suatu apapun justru hanya memendamnya saja? Apakah kita tidak malu dengan kekurangan Arjuna? Hidup ini memang dipenuhi dengan resiko-resiko, selalu ada sebab jika ada akibat. Begitu juga dengan cinta, jika kita telah memutuskan untuk mencintai sesorang, maka kita juga harus siap untuk merasakan segala kesakitan karena cinta. Karena kebahagiaan itu diturunkan bersamaan dengan kesedihan, itu akan membuatnya menjadi satu paket tak terpisahkan. Meski tak selalu berakhir indah, kita harus berani untuk menanggung segala resiko yang mungkin terjadi. Kemungkinan untuk diterima dan ditolak itu sama besarnya, jadi mengapa kita harus mundur sebelum berperang? Jadilah berani seperti Arjuna, katakanlah, dan jemputlah cintamu! :)

0 komentar:

Posting Komentar